jadi meskipun bersekolah di sekolah umum, dia tetap mendapatkan pelajaran agama yang cukup mendalam entah itu dari segi ibadah maupun adab..
di hari terakhir kehidupan ayahnya, lewat jam 1 siang saat itu, hyu mengambil wudhunya kemudian sholat dzuhur di samping kasur tempat ayahnya berbaring dan di situ ada saya..
saya menuntun ayahnya untuk melafalkan taqlin, meskipun ayahnya sudah tidak mampu menirukan tapi saya tau dia mendengar, mengikuti ucapan saya dari dalam hatinya, dan merespon setiap bacaan saya meskipun dengan gerakan yang sangat minim, seperti gerakan tangan yang sangat pelan bahkan kedipan mata sekali pun..
setelah salam, dia kemudian berdiri lagi dan melakukan takbiratul ihram kembali, dalam hati sejujurnya saya bingung apa yang dilakukan hyu, dia melakukan sholat 2 rokaat yg ditutupnya dengan sujud yang cukup panjang..
saya melihat matanya yang berkaca-kaca penuh ketulusan dan kepolosan seorang anak yang belum genap 10 tahun usianya seusai dia bngun dari sujud panjangnya..
saya tanya dia, habis sholat dzuhur kakak sholat apa barusan?
kemudian dia menjawab sholat hajat, dia lanjut bercerita ketika saya bertanya apa yang menjadi hajatnya. kemudian dia menjabarkan apa-apa yang diinginkannya melalui sujud panjang tadi..
"kakak berdoa sama Allah, supaya kalau memang ayah waktunya meninggal kakak ikhlas, kakak pingin ayah dimudahkan meninggalnya, kakak berdoa berdoa sama Allah kakak pingin menjadi anak yang membanggakan ayah sama bunda"
mendengar penjabarannya saya menangis haru, sangat haru, saya peluk dia saya bilang sama dia saya bangga kepadanya, saya bilang sama dia "insyaAllah doanya anak sholeh dikabulkan oleh Allah"
kemudian dia berbaring di samping ayahnya seraya melafalkan taqlin untuk ayahnya sambil memeluk erat ayahnya..
-----
bagaimana saya tidak bangga memiliki anak seperti hyu, meskipun dia terlahir dari ibu yang mungkin tidak membanggakan orangtuanya tapi saya sangat bersyukur telah memiliki anak yang sangat membanggakan.. terimakasih ya kak..
----
sori klo ceritanya tidak runut dan bahasanya lumayan semrawut, saya harus menekan emosi saya sedalam mungkin agar tulisan ini bisa menjadi bacaan yang utuh meskipun saya harus disertai dengan tangisnyang mengharu biru..