ciailaaah judulnya.. :D
Saya rasa semua orang tau. Sebagai seorang muslim, menikah itu menyempurnakan separuh ibadah dan agama, sunah rasul. Banyak sih yang bilang menikah kan ga gampang, ga semudah membalikkan telapak tangan, ga sesederhana beli barang ketika kita punya uang, dan ga sesimpel transaksi di berniaga.com (klik, ketemuan, deal). Iya, saya tau kok, kan saya sudah menikah.. :p
Tapi menurut saya, sesuatu itu dikata gampang kalau kita mampu melewatinya kan? Lah kalau kita saja tidak menjalani ya mana tau sesuatu itu gampang atau susah. Apa lagi kalau cuma dipikir-pikir terus, pasti yang kebayang cuma susahnya aja..
Oke, sejenak saya mengikuti apa yang ada dibenak orang-orang yang belum menikah. Bahwasanya menikah itu.... banyak tahapan sebelum menikah, lamaran lah, tunangan lah, siraman lah, apalah itu. Nanti biayanya gimana ya? hmm, undangannya brapa duit? rias penganten, tenda, gedung, konsumsi, belum lagi maharnya, belum lagi kalau ada rencana foto pre-wedding, banyak ya butuhnya?
Kalau kita tang-ting-tung ngitang ngitung mulu, uang ga akan pernah cukup buat menikah. Apakah pernikahan harus dengan dihadiri ratusan orang? harus ya pake gedung atau tenda? emang wajib gitu foto pre-wed?
Saya sih mikirnya simpel aja, syaratnya buat nikah apa sih? asal ada mempelainya laki sama perempuannya, ada wali dari perempuannya, ada 2 orang saksi (siapa saja, tidak harus ada hubungan saudara, asal dalam keadaan sadar), penghulu, dan mahar. Baca ijab kabul, sah sudah.
Bukan.. bukannya saya mengentengkan sebuah pernikahan. Tentu tidak. Asal kamu dan pasangan sudah se-iya se-kata ya mau apa lagi. Ya nggak?
Ooo, saya tau. saya tau.. Menikah itu kan ga cuma saya iya kamu iya lalu kita menikah, iya kan? Menikah itu kan ga cuma menyatukan dua hati, tapi dua keluarga. keluarga besar. Iya sih.. Saya tau. Kan saya sudah menikah, hahaha..
Maksud saya dengan nulis "asal kamu dan pasangan sudah se-iya se-kata ya mau apa lagi" itu gak berarti menghalalkan segala cara, misalnya sampek keluarga salah satu mempelai gak merestui, atau apa, bukan... bukan itu maksud saya... Kalau saya, se-iya se-katanya dalam artian bahwa saya dan pasangan punya rencana pernikahan yang sudah kami sepakati. Misalnya saja saat itu saya dan suami saya menginginkan pernikahan yang sederhana, semampu kamilah. Ijab kabul saya juga nggak jadi masalah asal sah di mata agama dan negara. Tetapi keluarga besar berkehendak lain. Keluarga pinginnya ada resepsi, ada prosesi adat, ada tenda, undangan, ya pernikahan pada umumnya. Oke, saya dan suami turuti saja. Itu kan keinginan keluarga, jadi urusan dana dan segala tetek-bengeknya ya silakan keluarga yang ngurusin. Kan itu bukan kemauan saya, ye gak?
Kalau keluarga belum ada dana gimana? yaudah, jangan punya keinginan aneh-aneh, yang menikah siapa? :p Tapi kalau keluarga kekeuh pengen ada "pesta" gimana? Hmm.. Masa sih urusan ga punya duit buat pesta nikah saja sampe membuat pernikahan anda tertunda? Memangnya pesta pernikahan itu harus ya barengan harinya samahari ijab kabul? Nggak kan..
Biar sama-sama ngalahnya ini,
menurut saya turuti saja kalau keluarga anda tetap menginginkan ada
pesta dan menunda pesta itu sampe ada dana. Tetapi, anda juga harus bisa
meyakinkan keluarga anda kalau pesta itu bisa belakangan, anda menikah
saja dulu, harusnya impas lah buat anda dan keluarga. Selesai perkara,
bisa kan menikah? :D